Halo sahabat blog untuk semua. Kali ini penulis akan menceritakan yang berdasarkan pengalaman dalam mengikuti pelatihan Digital Talent Scholarship (DTS) 2019.
Digital Talent Scholarship adalah salah satu pelatihan bersertifikasi yang dibentuk oleh pemerintah yang bekerja sama dengan Kominfo untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang TIK (Teknologi, Informasi, dan Komputer) agar siap menghadapi Revolusi Industri 4.0. Apabila dunia kerja yang perusahaan atau industri yang berskala besar sangat membutuhkan tenaga IT yang profesional.
Digital Talent Scholarship tahun 2019 ini terdiri 4 kategori yakni VSGA (Vocational School Graduate Academy), FGA (Fresh Graduate Academy), CTA (Coding Teacher Academy), dan OA (Online Academy).
Daftar Isi
Apa perbedaan dari 4 yang diatas?
1. VSGA (Vocational School Graduate Academy).
Kategori ini mengkhususkan peserta yang berasal dari lulusan atau kelas 12 SMK yang jurusan TIK.
Pilihan Bidang :
# Junior Mobile Programmer
# Junior Network Administrator
# Junior Web Programmer
# Junior Graphic Design
# Junior Intermediate Animator
2. FGA (Fresh Graduate Academy)
Kategori ini mengkhususkan peserta yang berasal dari lulusan kuliah atau mahasiswa yang sedang nyusun skripsi / tugas akhir yang jurusan MIPA Minimal lulusan D3.
Pilihan Bidang :
# Cloud Computing
# Big Data Analyst
# Cybersecurity
# Machine Learning
# Internet of Things (IoT)
# Artificial Intelligence (AI)
3. CTA (Coding Teacher Academy)
Kategori ini mengkhususkan peserta yang berasal dari tenaga pengajar (guru) di pendidikan formal. Pelatihan ini hanya tersedia beberapa pulau Jawa saja.
4. OA (Online Academy)
Kategori ini satu-satunya peserta yang bisa mengikuti pelatihan ini tanpa perhatikan latar belakang selama masih punya KTP. Pelatihan ini dilaksanakan secara online.
Pilihan Bidang :
# Mobile Programmer (Dicoding – MADE)
# Cloud Computing (AWS)
# Cloud Computing (GCP Qwiklabs)
# Big Data Analyst (AWS)
# Essential Python Programming (Cisco)
# masih banyak lagi.
Dari cerita penulis sendiri gini.
Sebenarnya, penulis sudah lama mengetahui pendaftaran pelatihan DTS 2019 yang dimulai dari bulan April 2019, tetapi penulis belum sempat memikirkan ke sana. Yah, karena penulis belum ada niat mendaftarkan diri ke situs DTS Kominfo. Lagianpun, penulis masih ada beberapa mata kuliah yang harus diselesaikan agar mendapat nilai yang memuaskan.
Pada akhir bulan Mei 2019, penulis ditawarkan oleh beberapa dosen yang ada di kampus. Tetapi, penulis belum sempat memikirkan ke sana juga. Yah, karena penulis masih melakukan UAS (Ujian Akhir Semester) di kampus.
Pada H-1 penutupan daftar pelatihan DTS 2019, disitu penulis sibuk menyiapkan ijazah SMK dan KRS yang menyatakan bahwa penulis ini sedang menyusun Tugas Akhir. Pada malamnya, disitu penulis sibuk mendaftarkan diri dan mengupload berkas tersebut ke situs DTS Kominfo. Sebenarnya itu iseng-iseng saja untuk mengurangi rasa santuy :D.
Ternyata pas pengumuman, penulis lulus administrasi bagian VSGA dan FGA. Jadi, penulis lebih memilih FGA. Kemudian, memilih tempat pelatihan yang kebetulan ada Universitas Sumatera Utara (USU) beserta bidang IT yang penulis inginkan. Pilihan bidang IT yang diselenggarakan oleh pihak USU ada 3 yakni Cloud Computing (AWS), Big Data Analyst (AWS), dan Cybersecurity (Cisco).
Penulis memilih bidang Cloud Computing, karena sesuai dengan konsentrasi jurusan Teknik Komputer yang dimana itu jaringan (networking). Setelah itu, mengklik submit.
Beberapa hari kemudian, penulis dapat email dari pihak DTS itu sendiri yang berisi bahwa “kamu ikuti tes subtansi …. “. Penulis langsung buka situs resmi DTS untuk mengerjakan soal subtansi yang terdiri 40 soal pilihan ganda dan durasi waktu 30 menit. Bentuk soal ini menggunakan bahasa Inggris sehingga penulis memerlukan Google Translate. Sebab penulis mengambil bidang Cloud Computing, maka soal tes subtansi itu kebanyakan tentang jaringan komputer seperti menghitung bandwidth, topologi jaringan, jarak pancaran sinyal, dan masih banyak lagi.
Penulis sempat kesulitan menghitung bandwidth, menghitung frekuensi pancaran dari nirkabel, dan sebagainya. Pokoknya WOW deh!. Akhirnya penulis menjawab yang bisa dijawab. Selebihnya, asal-asal saja sampai waktu habis. Setelah mengerjakan soal tes subtansi, penulis menunggu seminggu ke depan untuk mendapat hasil.
Penulis memang tidak ada belajar apapun atau khusus dalam mempersiapkan tes subtansi, karena penulis juga tidak tahu memulai belajar darimana(?).
Ternyata, penulis mendapat notif email dari pihak DTS tentang pengumuman hasil tes subtansi yang menyatakan bahwa “anda lulus … “. Penulis langsung syok dan bercampur rasa antara kejut, kagum, atau haru(?). Setelah itu, penulis mencetak form komitmen dan form laporan pertanggungjawaban (diserahkan pada saat penutupan pelatihan DTS).
Sebenarnya, penulis sendiri ilmunya masih nol bidang Cloud Computing. Disitulah alasan penulis lebih memilih FGA bidang Cloud Computing. Agar dapat ilmu baru serta mengurangi rutinitas yang bosan karena coding mulu :D. Mau belajar tentang jaringan komputer tapi malas bagian teknisnya (Network Engineering).
Penulis memiliki alasan lain untuk mengikuti pelatihan DTS ini disebabkan bukan programmer sejati kalau hanya bisa membuat atau menciptakan aplikasi saja tanpa melakukan konfigurasi jaringan seperti IP Filtering, bandwidth, antisipasi apabila request gagal karena pengiriman packet data saling bentrok, dan sebagainya.
Kenapa gak memilih Cybersecurity? Kan, lebih nyambung dengan jurusan kamu?
Jawabannya karena spesifikasi laptop milik penulis belum tinggi kalilah, palingan RAM 4 GB. Jika penulis memilih bidang Cybersecurity, berarti harus memenuhi spesifikasi laptop minimum yakni RAM 8 GB (udah kayak Android Studio saja).
Sebenarnya penulis memiliki akun CCNA (Cisco) sehingga tidak kerepotan masalah aktivasi kursus Cybersecurity di situs Cisco Academy (Netacad). 😀
Pelaksanaan Acara Pelatihan DTS 2019
Pada awal bulan Juli 2019, ada pelaksanaan briefing untuk menjelaskan tentang peraturan DTS, tata pelaksanaan DTS, hal-hal yang dilarang dalam pelaksanaan DTS, dan hal-hal yang berhubungan dengan pelatihan DTS. Pelaksanaam briefing di USU, tepatnya di Gelanggang Mahasiswa USU. Pelaksanaan dalam pelatihan DTS khusus FGA selama 2 bulan (36 kali pertemuan). Hari pelaksanaan yakni Senin-Jumat.
Setelah melaksanakan briefing, disitu mulai pembagian kelas berdasarkan huruf abjad. Hasilnya, penulis mendapat kelas pagi :D. Disitu banyak peserta dari berbagai kampus bahkan ada yang berasal dari luar provinsi Sumut (salut deh untuk hal ini). Kebanyakan peserta DTS yang tempat latihan di USU yang sedang nyusun skripsi atau tugas akhir (ini hanya peserta DTS Batch 1 saja). Hal ini disebabkan pendaftaran beasiswa pelatihan DTS Batch 2 ini tidak mengizinkan (memperbolehkan) lagi untuk mahasiswa/i yang sedang nyusun tugas akhir atau skripsi.
Selama pelaksanaan dalam pelatihan DTS ini, setiap peserta diberikan materi pelatihan DTS berdasarkan pertemuan yang telah disepakati. Sayangnya, materi ini hanya berupa softcopy saja dan menggunakan bahasa Inggris. Bagi yang kurang pandai bahasa Inggris? Tenang, nanti ada intruksi dan pengajar yang menjelaskan dan menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Apa ada latihannya? Ya, pasti ada dunkz.
Setiap pertemuan, pasti diberikan tugas seperti PR gitulah. Jadi, pelatihan ini bisa dibilang no time for santuy. Kalau pulang dari pelatihan, terkadang mencari tempat atau cafe yang bisa bikin tenang dalam mengerjakan tugas tersebut. Deadline sih tergantung dari pengajar, ada yang berikan deadline sampai jam 12 malam, ada yang berikan sampai besok sebelum pelatihan dimulai. Disitulah terkadang penulis bergadang untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Ada beberapa pertemuan itu diintruksikan belajar bahasa pemrograman Python untuk pengelolaan dalam layanan cloud computing.
Pada pertemuan ke-17 atau ke-18, seluruh peserta DTS di Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan Ujian Tengah Semester (Middle Exam) Jumlah soal UTS sebanyak 40 buah dalam pengerjaan selama 60 menit (1 jam). Soal UTS ini menggunakan bahasa Inggris bukan Indonesia.
Pada menjelang akhir pertemuan (pertemuan ke-28 untuk Cloud Computing). Semua peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang telah ditentukan oleh pengajar. Kelompok ini bertujuan untuk mengerjakan project selama 3 – 5 hari ke depan mulai dari membuat proposal sampai project aplikasi. Setelah itu, seluruh kelompok akan mempresentasikan hasil project yang dikerjakan. Kebanyakan sih project itu membangun aplikasi berbasis web :D. Mungkin karena pemberian waktu pengerjaan project maksimal 5 hari saja.
Pada pertemuan ke-34 atau ke-35, seluruh peserta DTS di Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan Ujian Akhir Semester (Final Exam). Jumlah soal UAS sebanyak 40 buah dalam pengerjaan selama 60 menit (1 jam). Soal UAS ini menggunakan bahasa Inggris bukan Indonesia
Pada penutupan acara DTS ini, penulis mendapat sertifikat sebagai peserta DTS dari Kominfo. Sayangnya, gagal mendapat sertifikasi internasional AWS Academy dari Amazon tingkat dasar, karena tidak memenuhi nilai standar minimal yakni 70 dari 100 (kalo tidak salah). Lumayan juga dapat uang saku sebesar Rp 1.500.000 bisa beli jajan atau jalan-jalan selepas pelatihan DTS kemarin.
Kalau lulus sertifikasi internasional AWS Academy dari Amazon tingkat dasar (AWS Certified Cloud Practitioner), apa langkah selanjutnya?
Yang setahu penulis sih, bagi yang lulus sertifikat pasti ada diinstruksikan untuk mengambil sertifikat tersebut di situs Amazon dengan membayar USD $100 (sekitar Rp. 1,4 juta-an). Bagaimana cara membayarnya? Yah, bayarnya pakai kartu kredit, VCC selain bank Indonesia (sering ditolak), VCC dari Jenius (Bank BTPN), VCN BNI, dan sebagainya. Intinya, membayar untuk mengambil sertifikat itu menggunakan kartu kredit.
Setelah itu, bagi yang lulus akan mendapatkan pemberitahuan dari panitia untuk mengikuti ujian sertifikasi internasional AWS Academy dari Amazon tingkat lanjut sesuai dengan pilihan bidang pada saat mendaftar pelatihan DTS kemarin. Karena penulis gagal lulus dalam ujian sertifikasi AWS tingkat dasar. Maka, penulis tidak bisa melanjutkan cerita mengenai tentang ini.
Bagaimana dengan kemampuan (skill) tentang Cloud Computing masing-masing peserta DTS?
Jangan salah, kebanyakan peserta DTS di USU ini yang ilmu dan skill masih dibilang nol, sehingga bagi peserta yang memiliki ilmu dan skill cloud computing membantu bagi peserta yang kesulitaan dalam mengerjakan latihan yang diberikan pengajar pada tiap pertemuan. Tapi tidak tahu dengan perserta DTS Batch 2 di USU yang sedang berlangsung.
Materi Cloud Computing dari DTS mengenai konsep dasar tentang cloud computing, konfigurasi jaringan pada cloud computing, pengenalan fitur layanan cloud computing yang disediakan oleh Amazon Web Services (AWS) yang akan dipakai untuk membangun suatu aplikasi, infrastruktur, datacenter, dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari.
Disitulah penulis mendapat teman baru dari berbagai kampus antar provinsi Sumut (Sumatera Utara) bahkan ada dari kampus luar provinsi. Hal-hal yang membuat motivasi penulis untuk meraih ilmu tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan.
Peserta DTS yang bukan jurusan TIK seperti Teknik Informatika, Sistem Informasi, Sistem Komputer, Ilmu Komputer, atau Teknik Komputer. Akan tetapi, mereka juga ikut pelatihan DTS untuk meningkatkan kemampuan di bidang IT. Walaupun, tidak semua peserta yang memiliki niat seperti itu :D. Ada beberapa peserta DTS yang berasal dari luar provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang ingin mengikuti pelatihan DTS bidang Cloud Computing. Jadi, bagi kamu yang ingin menuntut ilmu di luar zona kamu, kamu membutuhkan berusaha dan berjuang untuk mendapat ilmu yang kamu inginkan, tetapi jangan sampai lupa minta restu sama orangtua ya.
Pengalaman sih, penulis mendapat ilmu baru tentang Cloud Computing yang akan diterapkan dalam pembuatan project aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalkan, membuat aplikasi pemesanan makanan di tempat cafe tertentu hanya menggunakan perangkat yang berteknologi alat sentuh sehingga tidak perlu memanggil pelayan lagi. Pelanggan tinggal memilih pesan makanan yang diinginkan. Nah, Cloud computing tersebut memiliki berperan dalam pengelolaan data-data yang ada di cafe tersebut bahkan sebagai datacenter. (Silahkan koreksi jika penulis ada kesalahan dengan studi kasus ini). Contoh-contoh startup yang telah menggunakan teknologi Cloud Computing yakni Traveloka.
—Sampai situ dulu ya, nanti penulis menambahkan lagi—
Bagi kamu yang ingin ikut pelatihan Digital Talent Scholarship untuk tahun depan (jika diadakan lagi). Hal-hal yang kamu perhatikan yakni :
1. Pilihlah bidang yang kamu mempunyai ilmu dasar. Misalkan, kamu pilih Cloud Computing, seharusnya kamu mempunyai ilmu dasar tentang jaringan komputer.
2. Jangan berharap banyak untuk masuk tingkat expert. Hal ini akan belajar dari nol.
3. Pastikan skill bahasa Inggris kamu itu layak mendapatkan sertifikasi mitra internasional.
4. Harus siap lebih banyak belajar otodidak karena tiap pertemuan pasti ada tugas atau latihan.
5. Pastikan kamu tidak sedang bekerja atau magang di tempat apapun.
6. Jangan berharap banyak untuk mendapat jaminan kerja (bukan menakuti ya).
7. Perhatikan ijazah pendidikan terakhir kamu.
Salam dari peserta beasiswa Digital Talent Scholarship 2019 – Batch 1.
SILAHKAN KUNJUNGI UNTUK DIGITAL TALENT SCHOLARSHIP (DTS) 2020 :
coming soon…
Sekian… Terima kasih… 🙂
Kalau gagal ujian aws apa perlu bayar lagi ya mas?
Ya, benar.